Kronologi
Masuknya Islam di Nias
Sebagaimana
kedatangan Islam di Nusantara, Islam masuk ke Nias bukan melalui misi khusus
untuk menyebarkan agama, melainkan dibawa oleh para pendatang ke P.Nias baik
yang berdagang maupun yang menetap disana.
Meskipun
Islam telah terlebih dahulu masuk ke Nias, namun pada perkembanganya tidak
sepesat agama Kristen yang disebarkan dalam misi khusus oleh para misionaris.
Umumnya masyarakat asli Nias yang masuk Islam adalah karena kesadaran sendiri atau karena ikatan perkawinan dengan para pendatang yang beragama Islam.
Menurut hemat kami, ada beberapa faktor kemungkinan kurang pesatnya Islam berkembang di Nias pada masa itu, antara lain:
Umumnya masyarakat asli Nias yang masuk Islam adalah karena kesadaran sendiri atau karena ikatan perkawinan dengan para pendatang yang beragama Islam.
Menurut hemat kami, ada beberapa faktor kemungkinan kurang pesatnya Islam berkembang di Nias pada masa itu, antara lain:
- Para pendatang ini memang bukan datang untuk menyebarkan agama.
- Kemungkinan karena mereka telah menjalin hubungan yang baik dengan para penguasa setempat, mereka memilih untuk tetap memelihara hubungan baik yang telah terjalin tanpa mengintervensi adat dan kepercayaan penduduk setempat. Apalagi setelah adanya kesepakatan/ pemberian wilayah kekuasaan bagi para pendatang dengan penguasa setempat.
- Kondisi alam yang pada waktu itu masih berupa hutan rimba sehingga membuat akses yang sulit ke pedalaman dan pegunungan dimana kebanyakan penduduk asli tinggal.
- Masyarakat setempat yang biasa beternak babi membuat para pendatang beragama Islam sulit berasimilasi dengan penduduk asli. Hanya penduduk asli yang datang ke perkampungan ummat Islam dan berinteraksi cukup intens dengan para pendatang saja yang akhirnya masuk Islam.
- Ternak babi bagi masyarakat Nias merupakan ternak utama untuk upacara-upacara adat, sehingga sangat wajar jika mereka sulit menerima kepercayaan baru yang mengharamkannya.
Secara
kronologis masuknya Islam ke pulau Nias dapat diurutkan sebagai berikut:
- Tahun 858 M. seorang Persia bernama Sulaiman pernah menyinggahi pulau Nias yang dinamakannya denga Pulau Nian. Hal ini telah disebutkan oleh E. Fries dalam bukunya Amoeata Hoelo Nono Niha hal 53. Sayangnya tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini.
- Tahun 1624 M. Nias masuk menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (berkuasa dari tahun 1607 s/d 1635).
- Pada tahun 1642(?)/1080 H. orang Aceh di bawah pimpinan Teuku Polem dari Meulaboh tiba di Nias, yang kemudian menetap di kampung Hele Duna Siwulu (sekitar Desa Mudik sekarang).Keterangan ini diperkuat dalam buku Encyclopedia Van Nederndsch Cost Indie III cetakan kedua, keluarang Martinus Nijhoffe Gravenhage tahun 1915 dalan halaman kedua memuat keterangan seorang Belanda bernama Davidson tentang apa yang dilihatnya sewaktu dia pada tahun 1665 mengelilingi pulau Nias, bahwa orang Melayu terutama Aceh bergaul dengan suku-suku Nias dan bahwa agama yang dibawanya Islam. Islam berpengaruh atas lembaga kebudayaan kerohanian asli orang Nias.
- Pada tahun 1111 H. atau sekitar tahun 1690 M. seorang Minangkabau bernama Datuk Raja Ahmad suku Chaniago asal negeri Pariangan Padang Panjang telah sampai di Nias, sekitar Teluk Belukar kira-kira 12 Km utara kota Gunungsitoli dan tinggal menetap di Kampung Dalam (sekitar perbatasan Desa Mudik dan Kelurah Ilir sekarang).
- Sekitar tahun 1215 H atau 1794 M dibawah pimpinan Haji Daeng Hafiz (orang Bugis) tinggal dan menetap di Gunungsitoli.
- Sekitar tahun 1810 M. orang Arab di bawah pimpinan Said Abdullah dari Kotaraja Banda Aceh sampai dan menetap di Gunungsitoli.
- Sekitar tahun 1863 M. orang India dibawah pimpinan Mustan Sahib tiba dari Meulaboh dan menetap di Gunungsitoli, setelah sebelumnya tinggal di Singkil.
Situs
Nias Online memuat informasi tentang agama di Nias dalam berbahasa Inggris
dengan judul Religion, yang kutipannya sebagai berikut:
The spread of Islam
The exact ingress of Islam in Nias is believed to be through
trading activities. The well known Moslem figure of Nias was Balugu Luaha Nasi
Zebua from Ononamölö I Lot who traveled to Minang region (West Sumatra) and
embraced Islam there.
Around 1645 Tengku Polem, the descendant of Iskandar Muda of
Meulaboh (West Aceh) arrived in Nias. Tengku Polem assimilation with Nias
people was strengthened when he married a Nias girl, Bowo Ana’a, the daughter
of Balugu Harimou Harefa.
At around 1669 AD (1111 Hijriah) Datuk Raja Ahmad of
Pariangan, Padang Panjang (West Sumatra) landed in Teluk Belukar and introduced
Islam to the local people. The beginning of Islam spread in Nias was marked by
the erection of the first surau (the small place of prayers – a small mosque)
in Gunungsitoli at around 1673 AD (1115 H) which was the rudiment of the
construction of Mesjid Ilir (Ilir mosque) in around 1907.
Sumber
tulisan:
- Drs. Suady Husin: Suatu Tinjauan Tentang Ada Perkawinan dan Warisan Pada Masyarakat Islam di Nias Pesisir, Fakultas Ilmu Sosial IKIP Medan Tahun 1976.
- Nias Online: http://niasonline.net/informasi/english/religion/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar anda di bawah ini.